Senin, 14 Juni 2010

sifat Ilmiah Ilmuan

SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUWAN



Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengeta-huan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa sistem dn struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan seca-ra terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun.


Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah letak tang-gung jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah.


Manusia sebagai makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan bagian alam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia senantiasa berintegrasi dengan alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka manusia yang merupakan bagian alam harus senantiasa merupakan pusat dari alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam ada hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah, maka manusia harus senantiasa menjaga keles-tarian alam dalam keseimba-ngannya yang bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai manusia biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga kelesta-rian dan keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak.


Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas Hamami M., 1996, hal. 161)


Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan seca-ra sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.


Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) sedikitnya ada enam , yaitu:

  1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
  2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau , cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya.
  3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi (mind).
  4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
  5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
  6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara.

Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal dan komunal.


Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manu-sia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.

ilmu dan masyarakat

ILMU DAN MASYARAKAT



Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidu-pan sehari-hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terha-dap masyarakat. Ungkapan Aristo-teles tentang ilmu “umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pe-ngetahuan” (Van Melsen,1987)


Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang memerlukan ilmu, seper-ti misalnya kebutuhan ‘pangan, sandang dan papan’, sangat ter-gantung dengan ilmu, meski yang paling sederhana pun. Maka kegiatan ilmiah dewasa ini berdasarkan pada dua keyakinan:

  1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya.
  2. Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidi-kan primer, seperti air, makanan, udara, cahaya. Kehangatan, tempat tinggal tidak akan cukup tanpa penyelidikan itu (Van Melsen, 1987).

Dengan demikian maka ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi “tem-pat tergantung” kehidupan manusia. Penemuan-penemuan secara empiris memberikan kemungkinan-kemungkinan baru, yang ternyata ada gunanya dalam praktis. Ilmu yang semula rasional-empiris menjadi rasional - eksperimental. Dengann demikian ilmu mempunyai akibat yakni berguna dalam kehidupan masyarakat.

Doa

Pengertian Doa

Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan. Adapun lafadz do'a yang ada dalam al Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:

  1. ibadah, seperti Firman Allah: Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian maka kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (Yunus: 106).
  2. Perkataan atau Keluhan. Seperti pada firman Allah: Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (al Anbiya: 15).
  3. Panggilan atau seruan. Allah beriman: Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling ke belakang. (ar- Rum: 52)
  4. Meminta pertolongan. Allah berfirman: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (al Baqarah: 23).
  5. Permohonan. Seperti firman Allah: Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari." (al Mukmin: 49).

Macam-Macam Do’a

Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy berkata: "Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada selain Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." Adapun perbedaan antara kedua macam do'a tersebut adalah:

  • Do'a masalah (permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:

  1. Permintaan yang ditujukan kepada Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala
  2. Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
  3. Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti meminta prang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
  • · Do'a Ibadah maksudnya Semua bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah baik lahiriah maupun batiniah. karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, Haji dsb, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.

Global Warming

Penghijauan Mengatasi Global Warming

Saat ini bumi sedang mengalami masalah yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia di bumi ini. Saat ini lapisan ozon (O3) yang terdapat di atmosfer sebagai pelindungi bumi dari sinar ultra violet yang dipancarkan oleh sinar matahari mulai menipis. Atau peristiwa ini bisa juga disebut sebagai “Global Warming”. Global Warming itu sendiri diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri. Mereka menggunakan bahan-bahan yang mengandung gas-gas beracun misalnya seperti parfum, asap rokok, asap kendaraan bermotor, dll. yang dapat mengurangi jumlah gas-gas yang berguna bagi manusia pada lapisan ozon itu sendiri. Selain itu, saat ini dibumi tumbuhan hijau yang dijadikan sebagai tempat untuk fotosintesis demi mengurangi unsure gas yang berbahaya bagi manusia sudah mulai berkurang. Karena banyak sekali para manusia yang tidak memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar karena uang. Mereka itu dengan sengaja merusak hutan-hutan yang sangat berguna bagi bumi kita demi kepentingan pribadinya.
Pada saat ini, manusia telah banyak yang sadar akan guna hutan. Akhirnya pemerintah mulai menggalangkan program penanaman 1000 pohon setiap tahunnya. Karena dengan penanaman pohon tiap tahunnya akan mengurangi Global Warming itu sendiri. Dan mengurangi rumah-rumah kaca yang dibangun.


PEMIMPIN MASA DEPAN

Dalam perkembangan kehidupan manusia dari zaman purba sampai modern yang diawali dari kehidupan Yunani Kuno sampai dewasa ini yang ditandai dengan era globalisasi, pada dasarnya manusia sebagai makhluk berpikir dan menggunakan alat, social, berpolitik, berekonomi dan lain sebagainya, mempunyai kebutuhan untuk berkelompok dan berorganisasi dalam memenuhi tujuan hidupnya. Salah satu bentuk untuk mencapai tujuan hidup bersama atas dasar kepentingan dan kebutuhannya secara berorganisasi dalam skala besar memalui bentuk Negara.
Dalam sebuah Negara itu diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengatur dan mengurus sebuah Negaranya. Pemimpin itu haruslah dapat mengatasi setiap permasalahan yang menimpa bangsanya tanpa memandang apapun.
Tidak hanya itu, pemimpin masa depan juga harus mampu mengembangkan kerjasama, dan bukan sekadar mampu melawan kompetitor.