Selasa, 02 November 2010

ORGANISASI DI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL ( RUMAH )

I. PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG

Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Latar belakang adanya suatu organisasi di lingkungan tempat tinggal adalah agar terjadinya dan adanya komunikasi antara warga yang satu dengan yang lain. Tetapi kenyataannya banyak masyarakat di lingkungan temoat tinggal tidak mengerti berorganisasi.

Padahal banyak sekali keuntungan yang mereka dapat dari organisasi. Organisasi dapat menimbulkan rasa saling menghargai, menghormati, tolong menolong antar sesama, dan kekeluargaan. Masyarakat juga bisa mendapatkan informasi yang berguna dan bisa juga menambah wawasan.

Oleh karena itu kita sebagai masyarakat yang hidup dalam lingkungan sosial, harus sadar akan pentingnya sebuah organisasi di lingkungan tempat tinggal. Karena organisasi memberikan banyak keuntungan dan supaya kita lebih mengenal lingkungan tempat tinggal kita.

I.II. PERMASALAHAN

Banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam organisasi di lingkungan tempat tinggal antara lain :

a. Tidak mengertinya masyarakat akan organisai

b. Kurang adanya kesadaran dari masyarakat

c. Banyaknya organisasi yang dibuat, tetapi tidak tahu maksud dan tujuan organisasi itu di buat.

d. Banyaknya warga yang tidak saling mengenal dengan tetangganya atau warga yang lain.

Selain permasalahan diatas masih banyak lagi pemasalahan mengenai Organisasi Di Lingkungan Tempat Tinggal atau Rumah.

I.III. LANDASAN TEORI

Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama.

Tempat tinggal adalah tempat dimana kita tinggal dalam jangaka waktu yang tidak menentu dan mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, dan di luar bangunan seperti dengan tetangga dan masyarakat luas, tempat bertumbuh.


II. PEMBAHASAN

Organisasi bagi masyarakat lingkungan tempat tinggal atau rumah, kebanyakan orang menganggap organisasi adalah suatu kumpulan individu yang di dalamnya terdapat susunan ketua, wakil, sekertaris, dll, dan organisasi di buat untuk membicarakan permasalahan yang ada di daerah tempat tinggalnya dan mencari solusi untuk permasalahan itu. Atau untuk membangun daerah tempat tinggalnya agar lebih maju.

Masyarakat di lingkungan rumah, sangat susah sekali diajak berorganisasi. Hal itu di karenakan mereka menganggap organisasi tidaklah begitu penting. Karena apabila di lingkungan rumah sudah ada RT dan RW. Mereka menganggap semua yang berhubungan dengan lingkungan rumah atau tempat tinggalnya maka bapak RT, RW, dan anggota-anggotanyalah yang menyelesaikan dan mengatur itu semua. Meraka juga sering berpendapat bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk hal yang kurang berguna dan kurang dimengerti.

Mereka menganggap organisasi itu kurang berguna karena di lingkungan rumah lebih banyak organisasi yang dibuat hanya untuk berkumpul- kumpul semata dan membicarakan hal yang tidak berguna. Akibat dari hal seperti itu maka masyarakat berfikir lebih baik mereka beristirahat di rumah daripada berorganisasi.

Karena mereka menganggap organisasi tidak begitu penting akibatnya banyak masyarakat yang kurang mengenal dengan para tetangganya, karena biasa bagi masyarakat yang berkerja dari pagi hingga sore merasa bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk berorganisasi, karena mereka sudah merasa lelah dengan rutinitas yang sudah mereka kerjakan di luar rumah. Kebanyakan hal seperti ini terjadi di lingkungan perumahan orang-orang yang menegah keatas.

Karena mereka tidak mengerti akan suatu organisasi maka lingkungan tempat tinggal mereka tidak maju,tidak adanya tolong menolong dan saling membantu, kurang adanya silaturahmi dengan masyarakat sekitar acuh terhadap lingkungan sekitar.


III. PENUTUP

III.I. KESIMPULAN

Oleh karena itu masayarakat di lingkungan tempattinggal harus lebih banyak belajar mengenai apa itu sebuah organisasi. Masyarakat juga harus sadar akan adanya organisasi di lingkungan tempat tinggal. Karena organisasi sangat berguna bagi masyarakat sosial. Karena banyak keuntungan yang didapat dalam berorganisasi.

III.II. KRITIK DAN SARAN

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan. Agar apabila dalam penulisan selanjutnya, kesalahan yang ada dalam tulisan sebelumnya bisa diperbaikin. Saya selaku penulis juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisan dikarenakan masih dalam tahap pembelajaran.


Senin, 14 Juni 2010

sifat Ilmiah Ilmuan

SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUWAN



Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengeta-huan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa sistem dn struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan seca-ra terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun.


Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah letak tang-gung jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah.


Manusia sebagai makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan bagian alam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia senantiasa berintegrasi dengan alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka manusia yang merupakan bagian alam harus senantiasa merupakan pusat dari alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam ada hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah, maka manusia harus senantiasa menjaga keles-tarian alam dalam keseimba-ngannya yang bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai manusia biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga kelesta-rian dan keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak.


Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas Hamami M., 1996, hal. 161)


Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan seca-ra sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.


Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) sedikitnya ada enam , yaitu:

  1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
  2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau , cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya.
  3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi (mind).
  4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
  5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
  6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara.

Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal dan komunal.


Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manu-sia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.